Pusat Informasi dan Publikasi Mata Pelajaran Informatika MAN 3 Majalengka - Lilis Juwita, S.Kom

Thursday, June 26, 2025

Menua Bukan Berarti Menghilang Tanpa Jejak

Di dunia yang serba cepat ini, terkadang kita lupa: waktu bukan musuh, ia adalah saksi. Menua bukan kutukan, melainkan anugerah yang datang dengan garis-garis halus di wajah dan kenangan yang menebal di hati. Sayangnya, banyak yang mengira bahwa saat uban tumbuh dan langkah melambat, seseorang mulai memudar, perlahan menghilang tanpa jejak.

Padahal, menua adalah proses mengukir makna. Di balik setiap keriput, ada tawa yang pernah meledak dan air mata yang pernah jatuh karena cinta. Di balik tangan yang mulai gemetar, ada kerja keras, ada pelukan, ada jasa-jasa yang tak tercatat dalam buku sejarah tapi hidup dalam jiwa banyak orang.

Jejak bukan hanya tentang pencapaian besar yang memukau dunia. Jejak adalah nasihat yang pernah menyelamatkan seseorang dari patah, adalah cerita yang menghangatkan malam-malam sepi, adalah kehadiran yang terus terasa meski tak lagi selalu terlihat.

Jangan takut menua. Tak perlu malu pada waktu. Karena hidup bukan tentang seberapa lama kita ada, tapi tentang bagaimana kita memberi makna dalam keberadaan. Biarkan dunia tahu: kita pernah di sini mencintai, tertawa, berjuang, dan memberi warna.

Menua bukan berarti menghilang. Justru di sanalah keabadian mulai dilukis, melalui jejak-jejak kecil yang kita tinggalkan di hati orang lain. Dan selama cinta itu tetap hidup, kita takkan pernah benar-benar pergi.

"Menua tak berarti harus tersisih, meski harus digantikan yang lebih muda."
Itulah hukum waktu yang tak bisa dielakkan. Ada masa di mana tongkat estafet memang harus berpindah, bukan karena tak lagi berharga, tapi karena peran kita telah cukup memberikan fondasi.

Tidak semua yang tua harus digantikan, karena pengalaman tak bisa ditukar oleh semangat saja. Ada ruang bagi yang muda untuk bersinar, tapi juga ruang bagi yang tua untuk tetap menyala, sebagai pelita, sebagai penjaga api semangat.

Dalam sunyi, mereka yang lebih dahulu datang tetap berbicara, dalam nilai, dalam budi, dalam jejak yang tertinggal dalam-dalam di hati generasi berikutnya.

Menua tak berarti harus tersisih,
Meski digantikan yang lebih muda,
Ada cahaya yang tetap bersih,
Meski tak lagi berdiri di barisan pertama.

Tak semua panggung butuh suara,
Kadang diam lebih mengajar,
Dalam senyap, bijak bicara,
Menjadi akar, saat yang muda mekar.

Kami tidak butuh tempat untuk diistimewakan,
Tapi tidak untuk menjadi onggokan sampah tanpa guna!

Apa lagi dengan senyum ironismu yang tercibir,
Menjadi pemanis buatan setiap sajikan sarapan pagi buat kami.

No comments:

Post a Comment