Pusat Informasi dan Publikasi Mata Pelajaran Informatika MAN 3 Majalengka - Lilis Juwita, S.Kom

Sunday, June 29, 2025

Me Time, Menyapa Diri Selama Liburan

Liburan bukan hanya tentang pergi jauh atau berkumpul ramai-ramai. Kadang, liburan yang paling menyembuhkan adalah saat kamu punya waktu untuk menyendiri, menyapa kembali dirimu sendiri. Inilah yang disebut me time yaitu waktu yang kamu hadiahkan untuk jiwa dan pikiranmu.

Di tengah rutinitas yang padat, sering kali kita melupakan suara hati sendiri. Maka liburan adalah momentum untuk kembali merasakan hidup tanpa tergesa. Me time tak selalu harus mewah. Bisa sesederhana membaca buku yang tertunda, merapikan kamar sambil mendengarkan musik favorit, atau berjalan pagi menikmati udara segar tanpa beban jadwal.

Yang penting adalah niat untuk benar-benar hadir untuk diri sendiri. Saat kamu menulis jurnal, merenung di sudut taman, atau sekadar menikmati kopi, kamu sedang memulihkan energi mentalmu.

Bagi sebagian orang, me time bisa menjadi ruang kreativitas. Menggambar, menulis, atau bahkan mencoba resep baru di dapur adalah bentuk dialog batin yang sehat. Liburan menjadi lebih bermakna karena kamu tak hanya rehat dari dunia, tapi juga merawat dunia dalam dirimu.

Jadi, kalau liburan ini kamu memilih diam di rumah, tak perlu merasa bersalah. Diam pun bisa jadi perjalanan, jika hatimu ikut serta.

Karena pada akhirnya, me time yang bermanfaat adalah saat di mana kamu merasa lebih utuh, lebih damai, dan lebih mengenal dirimu sendiri.

Friday, June 27, 2025

Selamat Tahun Baru Islam, 1 Muharam 1447 H

Selamat Tahun Baru Islam by Lilis Juwita


Pada fajar pertama di Muharam yang hening,
terbit cahaya hijrah dari langit yang bening.
Tahun berganti dalam sunyi yang syahdu,
mengajak hati menepi, merenungi waktu yang berlalu.
Hijrah bukan sekadar jejak kaki berpindah,
tapi juga jiwa yang bangkit dari lelah.
Dari angan yang hampa menuju doa yang nyata,
dari gelisah menuju ridha-Nya yang sempurna.
Ya Allah,
di tahun yang baru ini,
basuh luka yang sempat tersembunyi,
ganti kecewa dengan harapan yang suci,
dan tuntun langkah kami menuju cahaya-Mu yang abadi.
Selamat Tahun Baru Hijriyah,
semoga langkah kita senantiasa dalam rahmat dan petunjuk-Nya.
Mari berhijrah menuju diri yang lebih taat,
menuju hidup yang lebih bermakna dan hangat.


 

Thursday, June 26, 2025

Menua Bukan Berarti Menghilang Tanpa Jejak

Di dunia yang serba cepat ini, terkadang kita lupa: waktu bukan musuh, ia adalah saksi. Menua bukan kutukan, melainkan anugerah yang datang dengan garis-garis halus di wajah dan kenangan yang menebal di hati. Sayangnya, banyak yang mengira bahwa saat uban tumbuh dan langkah melambat, seseorang mulai memudar, perlahan menghilang tanpa jejak.

Padahal, menua adalah proses mengukir makna. Di balik setiap keriput, ada tawa yang pernah meledak dan air mata yang pernah jatuh karena cinta. Di balik tangan yang mulai gemetar, ada kerja keras, ada pelukan, ada jasa-jasa yang tak tercatat dalam buku sejarah tapi hidup dalam jiwa banyak orang.

Jejak bukan hanya tentang pencapaian besar yang memukau dunia. Jejak adalah nasihat yang pernah menyelamatkan seseorang dari patah, adalah cerita yang menghangatkan malam-malam sepi, adalah kehadiran yang terus terasa meski tak lagi selalu terlihat.

Jangan takut menua. Tak perlu malu pada waktu. Karena hidup bukan tentang seberapa lama kita ada, tapi tentang bagaimana kita memberi makna dalam keberadaan. Biarkan dunia tahu: kita pernah di sini mencintai, tertawa, berjuang, dan memberi warna.

Menua bukan berarti menghilang. Justru di sanalah keabadian mulai dilukis, melalui jejak-jejak kecil yang kita tinggalkan di hati orang lain. Dan selama cinta itu tetap hidup, kita takkan pernah benar-benar pergi.

"Menua tak berarti harus tersisih, meski harus digantikan yang lebih muda."
Itulah hukum waktu yang tak bisa dielakkan. Ada masa di mana tongkat estafet memang harus berpindah, bukan karena tak lagi berharga, tapi karena peran kita telah cukup memberikan fondasi.

Tidak semua yang tua harus digantikan, karena pengalaman tak bisa ditukar oleh semangat saja. Ada ruang bagi yang muda untuk bersinar, tapi juga ruang bagi yang tua untuk tetap menyala, sebagai pelita, sebagai penjaga api semangat.

Dalam sunyi, mereka yang lebih dahulu datang tetap berbicara, dalam nilai, dalam budi, dalam jejak yang tertinggal dalam-dalam di hati generasi berikutnya.

Menua tak berarti harus tersisih,
Meski digantikan yang lebih muda,
Ada cahaya yang tetap bersih,
Meski tak lagi berdiri di barisan pertama.

Tak semua panggung butuh suara,
Kadang diam lebih mengajar,
Dalam senyap, bijak bicara,
Menjadi akar, saat yang muda mekar.

Kami tidak butuh tempat untuk diistimewakan,
Tapi tidak untuk menjadi onggokan sampah tanpa guna!

Apa lagi dengan senyum ironismu yang tercibir,
Menjadi pemanis buatan setiap sajikan sarapan pagi buat kami.

Sunday, June 22, 2025

Meningkatkan Semangat Bekerja Lewat Tata Meja yang Inspiratif

Lingkungan kerja yang nyaman dan estetis dapat memberikan dorongan besar pada produktivitas dan semangat kerja. Salah satu elemen penting adalah tampilan desktop atau meja kerja itu sendiri. Dengan penataan yang tepat, meja kerja bisa menjadi ruang yang tidak hanya fungsional, tapi juga menyenangkan.

Bayangkan sebuah laptop berwarna pink lembut di tengah meja warna yang ceria namun tetap tenang, memberikan nuansa feminin yang hangat. Di sampingnya, sebuah tanaman sukulen kecil menghadirkan sentuhan alami yang segar, sekaligus mempercantik visual tanpa membutuhkan perawatan rumit.

Untuk menghadapi hari-hari panas atau ruangan tanpa pendingin ruangan, kipas angin kecil di sudut meja bisa jadi penyelamat. Suara desiran angin dan sejuknya hembusan memberi kenyamanan tambahan saat bekerja. Tak ketinggalan, jam digital mungil dengan tampilan modern bukan hanya untuk menunjukkan waktu, tapi juga membantu mengatur fokus dan manajemen waktu secara visual.

Pencahayaan juga berperan besar. Cahaya yang cukup, baik dari lampu meja atau sinar alami, menambah energi positif dan mencegah mata cepat lelah. Warna-warna lembut dan penataan yang rapi membantu menciptakan atmosfer yang rileks dan mendukung konsentrasi.

Dengan menyatukan elemen-elemen kecil ini, warna yang menyenangkan, sedikit unsur alam, kenyamanan, dan fungsi kita bisa menciptakan desktop yang bukan hanya tempat bekerja, tapi juga ruang yang membangkitkan motivasi setiap hari.

Tuesday, June 17, 2025

Launching Buku Informatika

Sebelumnya tim marketing Penerbit Andi menemui saya setelah melihat profil salah satu penulis Buku Informatika SMA/MA/ SMK/MAK Kelas X, XI, dan XII yang mereka pasarkan merupakan karya penulis buku yang berasal dari Majalengka.

Hari ini di sela pengisian Rapot Elektronik dan menjelang Rapat Kenaikan Kelas, saya kedatangan tamu. Ketika ditemui ternyata Tim Marketing wilayah Majalengka dari Penerbit buku yang kami tulis datang dengan membawa satu set berupa 3 Exp Buku Informatika SMA/MA/SMK/MAK Kelas X, XI, dan XII.

Tahun Ajaran yang akan datang hanya tinggal menghitung hari saja, tim marketing memperluas pemasarannya hingga ke SMK/MAK tidak hanya di SMA/MA saja, karena sudah banyak list pre order sejak buku tersebut kami tulis. Jadi buku ini pun terdaftar di Katalog Buku SMK.

Dengan penuh semangat dan rasa syukur, dengan terbitnya buku tersebut secara resmi diluncurkan buku Informatika untuk jenjang SMA/MA/SMK/MAK Kelas X, XI, dan XII yang salah satu penulisnya adalah Lilis Juwita, S.Kom, Guru Mata Pelajaran Informatika di MAN 3 Majalengka, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

Buku ini hadir sebagai bentuk kontribusi nyata dalam penguatan literasi digital dan pengembangan kompetensi abad 21 di kalangan murid. Ditulis dengan pendekatan yang kontekstual, komunikatif, dan relevan dengan dunia digital saat ini, buku ini dirancang untuk membantu murid memahami konsep dasar hingga lanjutan dalam Informatika, mulai dari logika algoritma, pemrograman, etika digital, hingga keamanan siber.

Sebagai guru yang aktif di dunia pendidikan dan pengembangan diri, kami tidak hanya mengajarkan Informatika di kelas, namun juga di kelas digital selain itu juga mengemas pembelajaran dalam bentuk buku yang aplikatif dan menyenangkan. Setiap bab dilengkapi dengan studi kasus, refleksi kritis, hingga tugas eksploratif yang mendorong murid berpikir kreatif dan kolaboratif.

Peluncuran buku ini juga menjadi simbol bahwa guru tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai penulis dan pencipta jejak intelektual yang akan bertahan lintas generasi.

Melalui karya ini, kami berharap buku Informatika ini bisa menjadi sumber belajar yang bermakna, memudahkan guru lain, serta memotivasi murid untuk menjelajahi dunia digital dengan bijak dan percaya diri.

Pada mata pelajaran Informatika juga diperkenalkan kelas digital, dimana ruang kelas tidak terbatas oleh dinding kelas.

Semoga buku ini memberi manfaat untuk perkembangan Mata Pelajaran Informatika di seluruh Indonesia.

Saturday, June 14, 2025

Jadikan Tempat Kerja Menjadi Rumah Kedua, Tapi Jangan Lupa Pulang ke Rumah Pertamamu

Kita menghabiskan sebagian besar waktu kita di sana, di tempat kerja.

Mulai dari pagi yang tergesa-gesa, siang yang sibuk dengan meeting dan deadline, hingga malam yang terkadang masih menyisakan to-do list tak berujung. Kadang kita lebih sering duduk di kursi kantor daripada di ruang tamu rumah sendiri.

Wajar kalau tempat kerja terasa seperti rumah kedua.
Di sana ada meja yang jadi saksi ide-ide cemerlang dan air mata yang tertahan.
Ada rekan kerja yang jadi sahabat seperjuangan.
Ada rutinitas yang membentuk ritme hidup kita. Bahkan, ada rasa nyaman yang pelan-pelan tumbuh, hingga membuat kita lupa waktu.

Tapi, jangan sampai karena terlalu nyaman di rumah kedua, kita lupa pulang ke rumah pertama.

Rumah pertama bukan hanya bangunan.
Tapi tempat kita bisa menjadi diri sendiri tanpa topeng, tanpa peran, tanpa tuntutan.
Tempat kita bisa meletakkan semua beban, menyalakan kembali hati yang lelah, dan mengisi ulang energi yang mulai terkuras habis.

Di rumah pertama, kita recharge bukan hanya tubuh tapi juga jiwa.
Di sana ada peluk yang tak menuntut performa.
Ada makanan hangat yang bukan dari aplikasi, tapi dari tangan penuh cinta.
Ada tawa kecil yang tak bisa dibeli.
Ada kesunyian yang menyembuhkan.

Pekerjaan penting, iya.
Tapi jangan sampai demi performa, kita lupa menjaga jiwa.
Jangan sampai kita lupa, bahwa performa terbaik di kantor lahir dari jiwa yang sehat, pikiran yang lapang, dan hati yang tahu cara pulang.

Jangan sampai sibuk memperbaiki laporan, tapi lupa memperbaiki hubungan.
Jangan sampai fokus menyenangkan atasan, tapi lupa menyapa keluarga yang selalu ada.
Dan jangan sampai terlalu larut di dunia kerja, sampai kehilangan rumah yang sebenarnya.

Karena rumah pertama bukan hanya tempat kita pulang,
tapi tempat kita hidup kembali utuh, penuh, dan apa adanya.

Jadikan tempat kerja menjadi rumah kedua, tapi jangan lupa selalu pulang ke rumah pertamamu di mana kamu diterima apa adanya, tanpa tuntutan selalu tampil sempurna.

Friday, June 13, 2025

Belajar dan Upgrade Diri: Hadiah Cinta untuk Diri Sendiri

Certified Virtual Assistant
Seringkali kita mengira mencintai diri sendiri itu soal skincare, staycation, atau makan enak di kafe favorit. Padahal, cinta yang paling tulus seringkali justru terasa seperti kerja keras. Seperti membuka buku baru, mendaftar kelas online, gagal di percobaan pertama, tapi tetap mencoba lagi.

Ya, belajar dan upgrade diri adalah bentuk mencintai diri yang paling jangka panjang.

Ketika kita memilih untuk terus belajar, itu berarti kita percaya:
“Aku layak untuk bertumbuh.”
Saat kita upgrade diri, entah itu dengan membaca buku baru, mengasah skill, belajar bahasa baru, atau bahkan berlatih disiplin dan sabar, sesungguhnya kita sedang berkata:
“Aku tidak ingin stagnan, karena aku tahu diriku punya potensi lebih.”

Bukan untuk membandingkan diri dengan orang lain, bukan untuk mengejar validasi, tapi karena kita ingin menghargai versi terbaik dari diri sendiri.

Cinta sejati pada diri itu bukan hanya tentang merasa nyaman dengan diri kita saat ini, tapi juga punya keberanian untuk membawa diri ke level berikutnya.

Karena kamu pantas punya masa depan yang lebih baik, kamu pantas hidup dengan kemampuan yang bisa kamu banggakan. Dan kamu pantas berdiri di tempat yang dulu kamu impikan, karena kamu tidak menyerah untuk terus bertumbuh.

Jadi, mulai hari ini…
Belajarlah, bukan karena kamu kurang, tapi karena kamu cukup berharga untuk jadi lebih baik.
Upgrade dirimu, bukan karena kamu tidak layak sekarang, tapi karena kamu layak untuk lebih dari ini.

Karena belajar itu bukan beban, itu adalah bentuk cinta. Yang kamu berikan pada diri sendiri, hari ini dan untuk masa depanmu kelak.

Wednesday, June 11, 2025

Menulis Buku: Jejak Intelektual Seorang Guru

Bagaimana jika ilmuwan tidak pernah menuliskan bukunya?
Jika Newton hanya memikirkan gravitasi, lalu menyimpannya sendiri.

Bayangkan jika Galileo hanya memandangi bintang, tapi tak pernah menuliskannya. 

Apa jadinya dunia jika para ilmuwan memilih diam?

Pengetahuan besar tidak lahir dalam hening semata. Ia tumbuh, mekar, dan menyebar karena dituliskan. Buku adalah wadah ide, catatan pemikiran, dan jembatan antara zaman. Ilmu bukan hanya untuk diketahui, tapi untuk dibagikan dan tulisanlah yang membuatnya hidup lebih lama dari usia manusia itu sendiri.

Jika ilmuwan tidak pernah menulis, kita mungkin tidak mengenal teori, rumus, atau bahkan dasar logika yang saat ini menjadi fondasi dunia modern. Lebih dari sekadar fakta, tulisan mereka menyimpan proses berpikir: keraguan, pencarian, hingga penemuan.

Tanpa tulisan, ilmu hanya hidup sebentar di kepala. Namun dengan buku, ilmu menjelma menjadi warisan intelektual yang bisa diwariskan lintas generasi.

Bahkan tulisan yang sederhana, bisa menjadi penentu perubahan besar di masa depan.

Maka, bukan hanya ilmuwan. Siapa pun yang berpikir, belajar, dan menyelami makna kehidupan sejatinya punya hal penting untuk ditulis.

Karena menulis bukan soal kepandaian, tapi soal keberanian untuk menyampaikan. Buku adalah bukti bahwa satu pemikiran bila dibagikan dapat menyalakan cahaya di banyak kepala lainnya.

Bayangkan jika ilmuwan tidak pernah menulis. Kita mungkin tetap mencari, tapi tak pernah benar-benar menemukan.

Menjadi guru bukan sekadar mengajar di kelas, tetapi juga membagikan nilai-nilai, pengetahuan, dan inspirasi yang mampu melampaui ruang dan waktu. Salah satu bentuk warisan intelektual paling bermakna yang dapat ditinggalkan seorang guru adalah menulis buku.

Buku adalah cara seorang guru mengabadikan pemikirannya, pengalamannya, dan refleksi dari proses panjang mengajar dan belajar. Saat papan tulis terhapus, saat kelas sudah kosong, buku tetap hidup meneruskan gagasan dan ilmu yang pernah diajarkan.

Menulis buku juga menjadi bukti bahwa guru tak berhenti belajar. Ia bukan hanya pemberi ilmu, tapi juga pencari, perenung, dan penulis kehidupan. Dalam setiap kalimat yang ditulis, terdapat nilai, semangat, dan dedikasi yang tak selalu sempat disampaikan di ruang kelas.

Lebih dari itu, buku menjadi jembatan antara generasi. Guru yang menulis, sebenarnya sedang membuka ruang dialog bagi murid-murid yang mungkin belum lahir hari ini, tetapi akan membaca pemikirannya suatu saat nanti.

Meskipun tidak semua guru merasa percaya diri menulis, sesungguhnya pengalaman mengajar mereka adalah sumber kaya yang layak dibagikan. Menulis bukan tentang menjadi sempurna, melainkan tentang menjadi jujur dan berdampak.

Maka, mari mulai menulis. Mungkin dari catatan harian, refleksi pembelajaran, atau kumpulan cerita kecil di sekolah. Karena suatu hari nanti, buku itu akan menjadi jejak intelektual yang membuktikan bahwa guru tidak hanya hadir untuk mengajar… tetapi juga untuk menginspirasi melalui tulisan.


Tuesday, June 10, 2025

Mencintai Diri Sendiri Nggak Harus Heboh

Mencintai diri sendiri itu... nggak selalu harus liburan, skincare mahal, atau makan enak di kafe estetik. 
Kadang, mencintai diri sendiri cukup dengan bilang “nggak apa-apa” meski hari ini nggak seproduktif kemarin. 
Minum air putih tanpa buru-buru. 
Memaafkan diri yang pernah kecewa.

Mencintai diri sendiri itu... bukan perkara egois.
Tapi tentang tahu kapan harus berhenti sejenak.
Tentang berani bilang "iya" ke hal yang membuat hati tenang,
dan "tidak" pada hal-hal yang menyakiti pelan-pelan.

Karena kamu juga manusia,
yang boleh lelah, bingung, dan kadang... butuh dipeluk oleh dirinya sendiri.

Pelan-pelan aja,
cinta itu tumbuh dari perhatian yang kecil-kecil.
Dari tidak membandingkan dirimu hari ini dengan versi sempurna yang belum tentu nyata.
Dari duduk diam, dan bilang:

“Aku mungkin belum sepenuhnya pulih. Tapi aku sudah berjalan sejauh ini.”

Dan itu...
sudah cukup indah untuk disebut cinta.


Saturday, June 7, 2025

6 Minggu Menjadi VA, Perjalanan Belajar yang Mengubah Cara Pandangku

Saya masih ingat dengan jelas hari pertama memutuskan untuk ikut Virtual Assistant Course sebuah langkah kecil yang kemudian membuka gerbang besar menuju dunia kerja digital yang sebelumnya hanya kudengar lewat cerita orang. Sebagai seseorang dengan latar belakang penulisan dan ketertarikan di bidang teknologi, saya penasaran seperti apa dunia Virtual Assistant (VA) yang katanya bisa dikerjakan dari mana saja, bahkan dari kamar kos sederhana.

Selama 6 minggu, saya mengikuti kursus yang terdiri dari berbagai modul intensif. Minggu pertama memperkenalkan dasar-dasar menjadi VA: mulai dari mindset kerja remote, jenis layanan yang bisa ditawarkan, hingga pentingnya personal branding. Saya belajar bahwa menjadi VA bukan hanya soal membalas email klien, tetapi soal bagaimana menjadi support system yang bisa diandalkan.

Minggu kedua dan ketiga membawa saya lebih dalam ke ranah teknis belajar mengelola email, mengatur kalender, menggunakan tool seperti Trello, Notion, hingga automasi dengan Zapier. Tugas-tugas yang diberikan benar-benar realistis. Saya merasa seperti sedang menjalani pekerjaan nyata. Rasanya seru dan menantang!

Di minggu keempat dan kelima, kami mulai menyusun portofolio dan belajar berkomunikasi dengan klien secara profesional. Saya dilatih membuat proposal, menulis email penawaran, hingga mempersiapkan sesi interview. Pelatihan ini bukan sekadar teori tapi langsung praktik.

Minggu terakhir adalah momen yang cukup emosional. Selain evaluasi akhir, kami juga mengerjakan proyek VA masing-masing. Saya pribadi membuat simulasi layanan untuk seorang content creator, mengatur jadwal posting, membuat caption, dan menyusun laporan mingguan. Feedback dari mentor atau student advisor sangat membangun, dan saya merasa percaya diri untuk terjun ke dunia freelance setelah ini.

Pada minggu terakhir, salah satu tugasnya adalah Mock Up Job Offer saya mendapatkan klien pertama saya dari luar negeri. Bayarannya mungkin belum besar, tapi pengalaman dan rasa percaya diri yang kudapat tak ternilai.

Kursus ini bukan hanya mengajarkan menjadi Virtual Assistant. Ia mengajarkan tentang disiplin, komunikasi, dan yang paling penting: percaya pada kemampuan diri sendiri. Kini saya tahu, bahwa dengan kemauan belajar dan konsistensi, dunia digital punya tempat untuk siapa saja yang ingin tumbuh.

Tuesday, June 3, 2025

Tanda-Tanda Kamu Seorang People Pleaser


Tidak semua orang menyadari bahwa mereka sedang hidup dalam pola people pleasing. Kadang kita menyebutnya “baik hati”, “penyayang”, atau “peduli pada orang lain.” Tapi jika terlalu sering, bisa jadi kita mulai kehilangan diri kita sendiri.

Berikut ini beberapa tanda halus yang mungkin sedang kamu alami. Coba baca pelan-pelan dan jujurlah pada dirimu sendiri.

 

Checklist Reflektif: Apakah Ini Kamu?

Tandai () jika kamu merasa pernah atau sering mengalaminya:


c   Kamu sering berkata "iya" walau sebenarnya ingin bilang "tidak"

c   Kamu merasa bersalah saat menolak permintaan orang lain

c   Kamu takut orang lain marah atau kecewa jika kamu tidak menuruti mereka

c   Kamu sering menunda kebutuhanmu demi memprioritaskan orang lain

c   Kamu lebih mementingkan pendapat orang lain daripada suara hatimu sendiri

c   Kamu merasa harus menyenangkan semua orang agar bisa diterima

c   Kamu merasa lelah secara emosional, tapi tetap berusaha “baik” dan tersenyum

c   Kamu cemas saat ada orang tidak suka padamu, walau kamu tidak salah apa-apa

c   Kamu sulit membuat keputusan sendiri tanpa “konfirmasi” dari orang lain

c   Kamu merasa tidak enak jika dianggap egois—meskipun kamu hanya sedang menjaga batas

Kalau kamu mencentang lebih dari 4 pernyataan di atas, mungkin sudah saatnya kamu mulai menyadari betapa sering kamu menunda kebahagiaanmu sendiri demi kenyamanan orang lain.

Dan kamu tahu apa yang paling penulis ingin kamu tahu?

Kamu tetap layak dicintai meski tidak menyenangkan semua orang.

Hari ini, coba tuliskan satu situasi di mana kamu ingin berkata “tidak” tapi kamu tetap bilang “iya”. Lalu tuliskan bagaimana perasaanmu setelahnya.