“Menjadi lebih baik tidak selalu berarti berlari lebih cepat. Kadang, itu berarti berhenti sejenak, menarik napas, dan berkata: Aku sudah cukup... dan akan terus tumbuh dengan pelan tapi pasti.”
Belakangan ini, kita
dibanjiri kata-kata seperti growth mindset, level up, self-improvement,
semuanya menyarankan kita untuk terus naik, naik, dan naik. Tapi pernahkah kita
bertanya: naik ke mana? Dan dengan siapa kita berpijak saat melompat?
Percayalah upgrade diri
bukanlah lomba. Ia bukan kompetisi membandingkan luka, apalagi pamer
pencapaian. Ia adalah perjalanan pulang, kembali mengenali siapa dirimu tanpa
topeng, dan berjalan bersamanya dengan lembut.
Upgrade diri seharusnya
membebaskan, bukan mengekang. Tapi sayangnya, banyak yang terjebak dalam
jebakan toxic productivity, merasa bersalah saat beristirahat, merasa
gagal kalau tak terus berlari.
Padahal, bertumbuh bisa
dilakukan tanpa memaksakan.
·
Upgrade
diri berarti belajar tidur lebih cukup, bukan begadang demi produktivitas
palsu.
· Upgrade
diri berarti berkata “tidak” pada hal yang mengurasmu, bukan memaksakan untuk
selalu ramah.
· Upgrade
diri juga berarti tidak menjadi toxic pada diri sendiri, dengan
terus-menerus mengkritik kekuranganmu.
Kita bisa belajar dari
tanaman. Mereka tidak tumbuh karena dimarahi. Mereka tumbuh karena diberi
cahaya, air, dan ruang yang cukup. Kita pun begitu, bertumbuh saat diberi cinta
dan pengertian dari dalam diri.
Jadi jika hari ini kamu
sedang lelah, sedang merasa tertinggal, ingatlah: kamu tidak harus menyakiti
dirimu untuk jadi lebih baik.
Tumbuhlah dengan lembut.
Bangun dirimu bukan dengan cambuk, tapi dengan pelukan.
Karena dunia memang keras, tapi kamu bisa memilih untuk menjadi rumah yang
lembut bagi dirimu sendiri.
Kamu berhak bertumbuh
tanpa terluka. Kamu pantas berkembang dengan cinta, bukan paksaan.
No comments:
Post a Comment