Pusat Informasi dan Publikasi Mata Pelajaran Informatika MAN 3 Majalengka - Lilis Juwita, S.Kom

Wednesday, December 17, 2025

Asiknya Pengembangan Diri: Petualangan Seru Menuju Versi Terbaik Diri Sendiri

Bayangkan hidup seperti game RPG favoritmu: setiap hari adalah level baru, dan pengembangan diri adalah cara upgrade skill yang bikin kamu makin overpower. Bukan sekadar tugas membosankan, tapi petualangan asyik yang penuh reward!

Pertama, rasanya bebas dan empowering. Saat kamu belajar skill baru entah coding Arduino untuk proyek IoT atau desain presentasi di situs penyedia desain seperti Canva, kamu merasa kontrol penuh atas hidupmu. Tak ada lagi alasan "Saya gak bisa", diganti "Saya udah bisa nih!". Contohnya, guru IT seperti saya yang bikin modul pelajaran digital: tiba-tiba, murid-murid antusias, dan bolehlah berbangga menjadi superhero kelas.

Kedua, hubungan sosial meledak. Pengembangan diri membuka pintu networking seru. Ikut komunitas dan menjadi leader untuk event nasional IT olympiad atau menjadi nara sumber workshop digital marketing, kita akan bertemu orang-orang inspiratif. Sharing pengalaman packing pintar untuk trip Umrah sambil diskusi etika media sosial pasti seru banget, kan? Bukan cuma tambah teman, tapi kolaborasi proyek DIY automation yang bikin hari-hari lebih hidup.


Ketiga, kebahagiaan jangka panjang. Tiap kemajuan kecil, seperti selesai workshop Kecerdasan Buatan, beri dopamin rush yang nagih. Lama-lama, karir melesat dari mulai membuat lesson plan biasa jadi konten edukasi viral. Tubuh dan pikiran lebih sehat, stres berkurang, dan hidup terasa meaningful.



Jadi, mulai sekarang yuk! Pilih satu skill kecil hari ini, seperti latihan public speaking untuk presentasi. Voice over untuk mengisi suara yang bisa jadi cuan.


Pengembangan diri bukan beban, tapi pesta tanpa akhir.
Siap level up? STOP Bilang jangan terlalu asik dengan Pengembangan Diri kepeda mereka yang sudah terbiasa bertumbuh dan berkembang.

Tuesday, December 16, 2025

Silent Treatment

Mungkin kamu pernah mengalaminya, baik di lingkungan nyata maupun di lingkup komunitas online seperti Chat Group misalnya, Silent treatment adalah bentuk komunikasi pasif-agresif di mana seseorang atau sekelompok orang dengan sengaja mengabaikan atau tidak merespons orang lain, sering kali sebagai respons terhadap konflik.

Silent treatment melibatkan diam total, menghindari kontak mata, dan sikap acuh tak acuh terhadap kebutuhan seseorang. Perilaku ini bisa terjadi dalam hubungan keluarga, pertemanan, atau lingkungan kerja, di mana pelaku menolak berkomunikasi verbal untuk menghukum atau menghindari konfrontasi.

Ciri-Ciri seseorang melakukan silent treatment diantaranya adalah:

  • Diam total dan respons minimal terhadap upaya komunikasi.
  • Menghindari interaksi sosial atau isolasi diri sebagai bentuk hukuman.
  • Berlangsung lama, seperti berhari-hari hingga berminggu-minggu, hingga korban meminta maaf.

Penyebab ketika orang melakukan silent treatment karena kewalahan emosi, takut konflik, atau keinginan mengendalikan situasi. Beberapa melakukannya secara tidak sadar saat sulit mengungkapkan perasaan, sementara yang lain sengaja untuk menyakiti.

Dampak Negatif dari silent treatment yang termasuk emotional abuse non-verbal yang menyebabkan korban merasa diabaikan, frustasi, dan tidak berharga, bahkan memicu sakit fisik seperti sakit kepala. Bagi pelaku, hal ini bisa memperburuk hubungan jangka panjang dan menghambat penyelesaian masalah.

Silent treatment di lingkungan kerja pastinya dapat merusak komunikasi tim dan menurunkan produktivitas secara keseluruhan. Beberapa hal yang akan terjadi jika hal tersebut berlanjut adalah:

Penurunan Motivasi dan Moral

Karyawan yang menerima silent treatment merasa diabaikan dan tidak dihargai, sehingga motivasi kerja menurun drastis. Hal ini menciptakan ketidakpastian, membuat karyawan ragu atas kontribusi mereka dan kehilangan semangat untuk berinovasi.

Ketegangan Tim dan Konflik

Perilaku diam ini memicu konflik tim, menghambat kolaborasi, dan membentuk lingkungan kerja penuh kecemasan. Penelitian menunjukkan dampak psikologis seperti isolasi sosial yang mirip rasa sakit fisik, merusak kepercayaan antar anggota tim.

Turnover Tinggi dan Masalah Hukum

Karyawan sering memilih resign karena merasa tidak didukung, meningkatkan tingkat turnover organisasi. Dalam kasus ekstrem, silent treatment bisa dianggap pelecehan kerja, berpotensi menimbulkan masalah hukum bagi perusahaan.

Hambatan Produktivitas Jangka Panjang

Tanpa umpan balik jelas, kinerja tim terganggu, inovasi terhambat, dan hubungan profesional rusak permanen. Organisasi akhirnya mengalami kerugian finansial dari hilangnya talenta dan efisiensi kerja.

Cara mengatasinya bukan dengan mendiamkan berlarut-larut, namun ada baiknya berikan ruang sementara untuk merenung, lalu ajak bicara dengan tenang setelah ketegangan mereda. Jika berulang, pertimbangkan bantuan profesional seperti konseling untuk membangun komunikasi sehat.