Setiap film membawa narasi, karakter, konflik,
serta pesan moral yang menuntut penonton untuk berpikir kritis. Saat kita
menonton film sejarah, kita belajar memahami konteks masa lalu; saat menikmati
film dokumenter, kita mencerna data dan fakta; dan dalam film fiksi, kita
diajak membayangkan dunia baru, mengasah empati terhadap tokoh, serta membaca
simbol dan metafora yang tersembunyi.
Lebih dari itu, nonton film juga memperkaya kosa
kata, terutama ketika menonton dalam bahasa asing. Kita belajar pelafalan,
idiom, hingga ekspresi budaya dari negara lain. Ini adalah jendela literasi
visual dan budaya yang sangat efektif, apalagi bagi generasi muda yang lebih
responsif terhadap tayangan audiovisual.
Namun, menonton film sebagai bagian dari literasi
tidak cukup hanya sekadar menikmati. Dibutuhkan kepekaan untuk menangkap pesan
yang tersirat, keberanian untuk berdiskusi, dan kemauan untuk mengaitkan cerita
dalam film dengan realitas di sekitar kita. Menonton menjadi kegiatan
reflektif, bukan pasif.
Dengan pendekatan yang tepat, kegiatan nonton film
bisa menjadi pintu gerbang menuju pemahaman yang lebih dalam terhadap
kehidupan, bahasa, dan nilai-nilai kemanusiaan. Maka dari itu, mari perluas
definisi literasi kita. Buka mata, hidupkan layar, dan bacalah kisah-kisah
dunia lewat film yang memikat.
No comments:
Post a Comment